Jumat, 17 Juni 2016

Tugas Terstruktur Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian (PNB2413) “Metoda Penyuluhan Pertanian”


Tugas  Terstruktur

Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian (PNB2413)

“Metoda Penyuluhan Pertanian”

 

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusunan makalah ini dengan judul “Metoda Penyuluhan Pertanian” dapat penulis selesaikan.

            Penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. TEGUH DJUHARYANTO, M.P. selaku dosen pengampu mata kuliah Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian dan semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

            Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusuhan makalah ini dari awal sampai akhir. Akhir kata kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

 

 

Purwokerto, 27 Maret 2016

 

 

Penulis

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab setiap penyuluhan adalah mengkomunikasikan inovasi,dalam rangka mengubah perilaku masyarakat penerima manfaat agar tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi demi tercapainya perbaikan mutu hidupnya.Karena itu, dalam setiap pelaksanaan penyuluhan, setiap penyuluh harus memahami dan mampu memilih metode penyuluhan yang paling baik sebagai suatu cara yang terpilih untuk tercapainya tujuan penyuluhan yang dilaksanakannya (Soesmono,1975).

 

B.   Tujuan

·       Mengetahui prinsip-prinsip metode penyuluhan

·       Mengetahui pendekatan-pendekatan untuk memilih penyuluhan

 

C.   Rumusan Masalah

Dalam kegiatan penyuluhan terlebih dahulu kita harus mengetahui prinsip-prinsip metode penyuluhan dan pendekatan-pendekatan untuk memilih penyuluhan agar saran dapat diterima dengan baik oleh masyarakat atau komunitas.

BAB II

PEMBAHASAN

 

·       Prinsip-prinsip Metode Penyuluhan

Suzuki(1984) mengemukakan adanya beberapa prinsip metode penyuluhan yang meliputi:

1.    Pengembangan untuk berpikir kreatif.

Pada setiap kegiatan penyuluhan, seorang penyuluh harus mampu memilih metode yang sejauh mungkin dapat mengembangkan daya nalar dan kreativitas masyarakat penerima manfaatnya.

2.    Tempat yang paling baik adalah tempat kegiatan penerima manfaat.

Kegiatan penyuluhan sebaiknya dilaksanakan dengan menerapkan metode-metode yang dapat dilaksanakan dilingkungan pekerjaan(kegiatan) penerima manfaat. Hal ini dimaksudkan agar :

a.     tidak banyak mengganggu kegiatan rutinnya.

b.     penyuluhan dapat memahami betul keadaan penerimaan   manfaar,termasuk masalah-masalah yang dihadapi dan potensi serta peluang yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan mutu hidup mereka.

c.     Kepada penerima manfaat dapat ditunjukkan contoh-contohnyata tentang masalah dan potensi serta peluang yang dapat ditemukan lingkungan pekerjaannya sendiri, sehingga mudah dipahami dan diresapi serta diingat oleh penerima manfaatnya.

3.    Setiap  individu terikat dengan lingkungan sosialnya.
Kegiatan penyuluhan akan lebih efisien jika diterapkan hanya kepada beberapa warga masyarakat, terutama yang diakui oleh lingkungannya sebagai panutan yang baik.

4.    Ciptakan hubungan yang akrab dengan penerima manfaat. Adanya hubungan pribadi yang akrab antara penyuluh dengan penerima manfaat, akan merupakan syarat yang harus dipenuhi, setidakn-tidaknya akan memperlancar kegiatan penyuluhan itu sendiri.

5.    Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan.
Kegiatan penyuluhan adalah upaya untuk mengubah perilaku penerima manfaat, baik pengetahuannya, sikapnya atau ketrampilannya.

 

·       Pendekatan-pendekatan Untuk Memilih Metode Penyuluhan

 

1.    Metode penyuluhan dan proses komunikasi

Menurut Mardikanto (1982) metode berkomunikasi yang efektif didasarkan:

a.     Media yang digunakan

-        media lisan (secara langsung dan tak langsung. Ex: radio, bercakap, TV, dll)

-        media cetak (berupa gambar atau tulisan )

-        media terproyeksi (gambar atau tulisan lewat slide, film, video, dll)

b.     Sifat hubungan antara penyuluh dan penerima manfaat

-        komunikasi langsung

-        komunikasi tak langsung

c.     Pendekatan psikossosial yang dikaitkan dengan tahapan adopsinya

     - pendekatan perorangan

     - pendekatan kelompok

     - pendekatan massal

 

2.    Metode penyuluhan  dalam pendidikan non formal

a.     Pendidikan non formal dapat dilaksanakan kapan saja dan dimana saja,

b.     Pendidikan non formal diprogram sesuai dengn “kebutuhan penerima manfaat”,

c.     Metode penyuluhan yang dipilih harus selalu disesuaikan dengan karakteristik penerima manfaatnya, sumberdaya yang tersedia, serta keadaan lingkungan,

d.     Metode penyuluhan  dalam pendidikan orang dewasa.

 

3.    Metode penyuluhan  dalam pendidikan orang dewasa

Ciri utama dari pendidikan orang dewasa adalah: keberhasilan pendidikan tidak tergantung pada seberapa banyak materi yang diajarkan tapi seberapa jauh program pendidikan tersebut mampu mengembangkan dialog antara pendidik dan yang dididik.

Pemilihan metode pendidikan orang dewasa harus selalu mempertimbangkan:

a.     waktu penyelenggaraan yang tidak terlalu mengganggu kegiatan/ pekerjaan pokoknya

b.     waktu penyelenggaraan sesingkat mungikin

c.     lebih banyak menggunakan alat peraga

Pemilihan metode pendidikan orang dewasa harus mengacu pada tujuan yang ingin dicapai oleh program pendidikan yang pada dasarnya dibagi menjadi dua (Scmidt, 1974):

a.     menata pengalaman masa lampau yang telah dimilikinya        dengan cara “baru”,

b.     memberikan pengalaman baru.

 Berhubungan dengan berbagai metode penyuluhan tersebut, Van Den Ban dan Hawkins (1985) telah berhasil membuat rangkuman tentang karakteristik beragam metode. Metode demonstrasi adalah metode yang paling efektif sesuai dengan istilah “seeing is believing”

 

·       Metode penyuluhan partipatip

 

1.    RPA (rapid rural appraisal)

Fungsi /karakteristik

Metoda penyuluhan

Ragam media

Media-masa

Percakapan

Demontrasi

Media rakyat

Diskusi kelompok

dialog

Menumbuhkan kesadaran

terhadap inovasi

XXX

X

XX

XX

O

O

Menumbuhkan kesadaran terhadap maslaahnya sendri

O

X

XX

XXX

XXX

XXX

Alih pengetahuan

XXX

XX

XX

XX

X

XX

Perubahan perilaku

O

O

XX

X

XXX

XX

Penerapan pengetahuan dari petani lain

O

O

X

XX

XXX

X

Mengaktifkan proses belajar

O

O

X

XXX

XXXX

XX

Pemecahan masalah pertani

O

O

X

XXX

XXXX

XX

Tingkat abstaksi

XXX

XX

O

O

X

X


2.    PRA (Participaty rapid appraisal) atau penilaian desa secara partisipatip

PRA, merupakan penyempurnaan dari RRA atau penilaian keadaan secara partisipatif berbeda dengan RRA yang dilakukan oleh (sekelompok) tim yang terdiri dari “orang luar”, PRA dilakukan dengan lebih banyak melibatkan “orang dalam” yang terdiri dari semua stakeholders (pemangku kepentinga kegiatan)  dengan difasilitasi oleh fasilitator dibanding sebagai instruktur atau gru yang “menggurui”

3.    FGD (focud group discussion) diskusi kelompok yang terarah

Pada awalnya, FGD digunakan sebagai teknik wawancara pada penelitian kualitatif yang berupa “ in depth inyerview” kepada sekelompok informan secara terfokus (stewart & shamdasani, 1990). Dewasa ini, FGD nampaknya sebakin banyak diterapkan dalam kegiatan perencanaan dan atau evaluasi program (morczak & sewell, 2006).

Sebagai suatu metoda pengumpumpulan dara , FGD merupakan interaksi individu-individu (sekitar 10 orang  yang tidak saling mengenal) yang oleh seorang pemandu (moderator) diarahkan untuk mendiskusikan pemahaman dan atau pengalamannya tentang sesuatu program atau kegiatan.

Jenis pertanyaan:

-        Pertanyaan pembuka

-        Pertanyaan penghantar

-        Pertanyaan transisi

-        Pertanyaan kunci

-        Pertanyaan penutup dan akhir dari pertanyaan

4.    PLA (participatory learning and action) atau proses belajar dan mempratekkan secara partisipatif

Menurut konsepnya, PLA merupakahn “payung “ dari metoda-metoda partisipatif yang berupa RRA, PRA,PAR, (participatory action research) dan PALM (participatory learning method) , dll

PLA merupakan bentuk baru metoda penyuluhan yang dahulu dikenal dengan “learning by doing” atau belajar sambil bekerja secara singkat, PLA merupakan metoda penyuluhan yang terdiri dari proses belajar (melalui: belajar , ceramah, curah-pendapat, diskusi, dll) dan dalam berbagai judul pembahasan mulai dari pembahas khusus ke-umum atau umum ke-khusus.

5.    Sl atau sekolah lapang (farmers Field school)

Sl atau FFS pertama kali dikenalkan oleh SEAMEO (1997) pada usahatani padi di filipina dan indonesia. Khususnya bdi indonesia kemudian diterapkan pada perlindungan hama terpadu karena itu kemudian dikenal istilah SLPHT.

 

·        Pelatihan Partisipatif

Sebagai proses pendidikan, kegiatan penyuluhan pertanian banyak sekali dilakukan melalui pelaksanaan pelatihan-pelatihan. Kegiatan penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu proses pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah. Kegiatan penyuluhan harus terencana atau telah direncanakan sebelumnya.

Kegiatan penyuluhan harus mengacu pada kebutuhan yang dirasakan kliennya, baik untuk kebutuhan masa kini, dan kebutuhan yang akan mendatang (jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang) dan memberikan manfaat tinggi dengan kebutuhannya tersebut.

Penyelenggara harus diawali dengan “scopping” atau penelusuran tentang program pendidikan yang diperlukan dan analisis kebutuhan atau “need assessment”. Berdasarkan analisis kebutuhannya, disusunlah acara penyuluhan yang dalam pendidikan formal (sekolah)  disebut silabus dan kurikulum,  dan perumusan modul/lembar Persiapan Menyuluh pada setiap pelaksanaan penyuluhan.

Tentang hal ini,  sejak awal dasawarsa 1990-an mulai banyak dikembangkan kegiatan Pelatihan Partisipatif. Pelatihan partisipatif dirancang sebagai implementasi metoda pendidikan orang dewasa(POD),  dengan ciri utama:

1)           Hubungan instruktur/fasilitator dengan peserta didik tidak lagi bersifat vertikal tetapi bersifat lateral/horizontal.

2)            Lebih mengutamakan proses dari pada hasil,  dalam arti,  keberhasilan pelatihan tidak diukur dari seberapa banyak terjadi alih-pengetahuan,  tetapi sebarapa jauh terjadi interaksi atau diskusi dan berbagi pengalaman(sharing)  antara sesama peserta maupun antara fasilitator dan pesertanya.

3)           Substansi materi pelatihan selalu mengacu kepada kebutuhan peserta.  Karena itu,  sebelum pelatihan dilaksanakan,  selaluDiawai dengan kontrak belajar,  yaitu kesepakatan tentang substansi materi urut-urutan(sekuen),  tata-waktu,  tempat dan metoda pembelajarannya.  Terkait dengan hal ini,  dalam sistem kerja LAKU/TV,  konfirmasi acara penyuluhan pada kunjung-  an berikutnya,  dapat dilakukan sebelum mengakhiri setiap acara penyuluhan.

4)           Metoda pelatihan lebih banyak berupa:  curah-pendapat(brain-  storming),  berbagi pengalaman(sharing)  dan diskusi dibanding ceramah yang diberikan oleh instruktur/fasilitator.

5)           Selama proses pelatihan,  banyak diberikan kesempatan untuk melakukan tugas(mandiri dan atau kelompok)  dan setelah selesai diwajibkan membuat RTL(rencana tindak lanjut yang merupakan implementasi hasil belajarnya.  Di samping itu pada awal acara pelatihan selalu dibuka dengan pencairan suasana(ice breaking)  agar interaksi antar peserta dan dengan fasilitator berlangsung lancar tanpa adanya kesenjangan psikologis.  Selain itu,  untuk menjaga suasana belajar tidak mudah jenuh bahkan agar semakin"bergairah",  biasanya diselingi de-  ngan permainan atau bermain peran(role playing).

 

 

 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Beberapa prinsip metoda penyuluhan meliputi:

·       Pengembangan untuk berfikir kreatif,

·       Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan perimaan manfaat,

·       Setiap  individu terikat dengan lingkungan sosialnya,

·       Ciptakan hubungan yang akrab dengan penerima manfaat,

·       Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan.

Pendekatan-pendekatan untuk memilih metoda penyuluhan meliputi:

·       Metode penyuluhan dan proses komunikasi,

·       Metode penyuluhan  dalam pendidikan non formal,

·       Metode penyuluhan  dalam pendidikan orang dewasa.

Metoda penyuluhan partisipatip meliputi:

·       RRA (Rapid Rural Appraisal)

·       PRA (Participatory Rupid Appraisal)

·       FGD (Focus Group Discussion)

·       PLA (Participatory Learning and Action)

·       SL (Sekolah Lapang)


TUGAS TERSTRUKTUR EKONOMI MAKRO “Strategi Pertanian dalam menghadapi Era Globalisasi”

 

TUGAS TERSTRUKTUR

EKONOMI MAKRO

“Strategi Pertanian dalam menghadapi Era Globalisasi”


Strategi Pertanian dalam menghadapi Era Globalisasi 

               Revolusi hijau adalah usaha pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan. Mengubah dari pertanian yang tadinya menggunakan teknologi tradisional menjadi pertanian yang menggunakan teknologi lebih maju atau modern. Revolusi Hijau ditandai dengan berkurangnya ketergantungan petani pada cuaca dan alam, digantikan dengan peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam upaya meningkatkan produksi pangan. Revolusi hijau diterapkan di Indonesia pada  pemerintahan Presiden Soeharto dan saat itu Indonesia bisa berswasembada. Dampak positif munculnya Revolusi Hijau, antara lain:

1.     Menyebabkan munculnya tanaman jenis unggul berumur pendek sehingga intensitas penanaman per tahun menjadi bertambah (dari satu kali menjadi dua kali atau tiga kali per dua tahun).

2.     Meningkatkan pendapatan petani. Dengan paket teknologi, biaya produksi memang bertambah. Namun, tingkat produksi yang dihasilkannya akan memberikan sisa keuntungan jauh lebih besar daripada usaha pertanian tradisional.

3.     Merangsang kesadaran petani dan masyarakat akan pentingnya teknologi. Harapannya, dengan masuknya petani ke dalam arus utama kehidupan ekonomi, petani, dan masyarakat pada umumnya akan menjadi sejahtera.

4.     Merangsang dinamika ekonomi masyarakat karena dengan hasil melimpah akan melahirkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat pula di masyarakat.

        Di Indonesia, revolusi industri diterapkan dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian. Ekstensifikasi dilakukan dengan perluasan areal. Terbatasnya areal, menyebabkan pengembangan lebih banyak pada intensifikasi. Intensifikasi dilakukan melalui Panca Usaha Tani (lima usaha tani), yaitu :

1. Teknik pengolahan lahan pertanian

2. Pengaturan irigasi

3. Pemupukan

4. Pemberantasan hama

5. Penggunaan bibit unggul

     Ada tiga tahap perkembangan modernisasi pertanian, yaitu (Rome, 1989) :

1.Tahap Pertanian Tradisional (Subsisten)

        Dalam pertanian tradisional, produksi pertanian dan konsumsi sama banyaknya dan hanya satu atau dua macam tanaman saja (biasanya jagung atau padi) yang merupakan sumber pokok bahan makanan. Pada tahap ini, produksi dan  produktivitas rendah karena hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana (teknologi yang dipakai rendah). Penanaman atau penggunaan modal hanya sedikit, sedangkan tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan. Pada tahap ini hukum penurunan hasil (law of diminshing return) berlaku karena terlampau banyak tenaga kerja yang pindah bekerja di lahan pertanian yang sempit. Kegagalan panen disebabkan beberapa faktor, diantaranya hujan dan banjir, kesuburan tanah kurang, tindakan pemerasan oleh para rentenir. Pertanian tradisional bersifat tak menentu, keadaan ini bisa dibuktikan dengan kenyataan bahwa manusia seolah-olah hidup diatas tonggak. Pada daerah-daerah yang lahan pertanianya sangat sempit, penanamannya hanya bergantung pada curah hujan yang tidak menentu. produk rata-rata akan menjadi sangat rendah dan dalam keadaan tahun-tahun yang buruk, para petani dan keluarganya akan meghadapi  bahaya kelaparan.

2. Tahap Pertanian Tradisional Menuju Pertanian Modern

     Mungkin merupakan suatu tindakan yang tidak realistik jika mentransformasikan secara cepat suatu sistem peranian tradisional ke dalam sistem  pertanian yang modern. Upaya untuk mengenalkan tanaman perdagangan dalam  pertanian tradisional seringkali gagal dalam membantu petani untuk meningkatkan tingkat kehidupanya. Menggantungkan diri pada tanaman perdagangan bagi para  petani kecil lebih mengundang resiko daripada pertanian subsisten murni karena risiko fluktuasi harga menambah keadaan menjadi lebih tidak menentu. Oleh karena itu, langkah pertama dalam masa transisi dari pertanian tradisional (subsiten) ke pertanian modern (komersial) yaitu penganekaragaman pertanian (diversified farming ). Pada tahap ini, tanaman-tanaman pokok tidak lagi mendominasi produk pertanian, karena tanaman-tanaman perdagangan yang baru, seperti; buah-buahan, kopi, teh dan lain-lain sudah mulai dijalankan bersama dengan usaha pertenakan yang sederhana. Keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha atau mentransformasikan pertanian tradisional tidak hanya tergantung pada ketrampilan dan kemampuan para petani dalam meningkatkan produktivitasnya, tetapi juga tergantung pada kondisi-kondisi sosial, komersial dan kelembagaan.

3. Tahap Pertanian Modern

     Pertanian modern (pertanian spesialisasi) menggambarkan tingkat pertanian yang paling maju. Pertanian spesialisasi ini berkembang sebagai respon terhadap  pembangunan yang menyeluruh di bidang-bidang lain dalam ekonomi nasional. Kenaikan standar hidup, kemajuan biologis dan teknologis serta perluasan pasar- pasar nasional dan internasional merupakan faktor yang penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Dalam pertanian modern (spesialisasi), pengadaan pangan untuk kebutuhan sendiri dan jumlah surplus yang bisa dijual, bukan lagi tujuan pokok. Keuntungan komersial murni merupakan ukuran keberhasilan dan hasil maksimum per hektar dari hasil upaya manusia (irigasi, pupuk, pestisda, bibit unggul dan lain-lain) dan sumber daya alam merupakan tujuan kegiatan pertanian. Dengan kata lain seluruh  produksi diarahakan untuk keperluan pasar. Keadaan atau gambaran umum dari semua pertanian modern dalah titik  beratnya pada salah satu jenis tanaman tertentu, menggunakan intensifikasi modal dan pada umumnya berproduksi dengan teknologi yang hemat tenaga kerja, memperhatikan skala ekonomis (economic of scale) yaitu denga cara meminimalkan  biaya untuk mendapatkan keuntungan tertentu.

      

 

 

      Beberapa strategi modernisasi pertanian meliputi (keraf, 2002):

1.Perubahan Teknologi dan Inovasi.

     Pada sebagian besar negara-negara sedang berkembang, teknologi baru di bidang  pertanian dan inovasi-inovasi dalam kegiatan pertanian merupakan prasyarat bagi upaya-upaya dalam peningkatan output dan produkivitas.

2. Perbaikan Pola Pemilikan Tanah ( Land Reform ).

     Dari segi kemanusiaan, keterkaitan petani kecil terhadap tanahnya sangat mendalam. Apabila petani kehilangan tanahnya atau ia jatuh miskin karena dicekik utang yang menumpuk, maka bukan hanya keadaan lahariah saja yang ruda, tetapi juga rasa kepercayaan pada diri sendiri dan semangat untuk berusaha memperbaiki dirinya dan keluarga bisa hancur. Dari segi peningkatan hasil pertanian, perbaikan pola pemilikan tanah sering kali dianggap sebagai kondisi awal yang diperlukan untuk pembangunan pertanian di  berbagai neegara sedang berkembang. Pada sebagian besar negara sedang berkembang, struktur pemilikan tanah yang sangat tidak seimbang sehingga menyebabkan ketidakseimbangan dalam pemerataan penghasilan dan kekayaan bagi rakyat perdesaan. Apabila pembagian tanah sangat ytimpang, maka sedikit sekali harapan bagi petani kecil di pedesaan untuk apat mengembangkan perekonomiannya.

3.Kebijakan-kebijakan Penunjang.

     Seluruh keuntungan dari pembangunan usaha tani kecil tidak akan bisa dicapai jika Pemerintah tidak menciptakan kebijaksanaan atau sistem kelembagaan yang menunjang, misalnya berupa insentif yang diperlukan, kesempatan berusaha dalam kegiatan ekonomi, dan kemudahan untuk memperoleh input yang diperlukan yang memungkinkan para  petani kecil bisa meningkatkan output mereka dan sekaligus meningkatkan produktivitas mereka. Strategi Pembangunan Pertanian dalam menghadapi era globalisasi, dapat dilakukan dengan cara-cara:

  1. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

            Kondisi sumber daya manusia dalam bidang pertanian sungguh sangat memprihatinkan. Melihat kondisi tersebut, perlu adanya usaha yang dilakukan oleh penyuluh dan litbang pertanian. Penyuluhan harus menyeluruh dan terpadu serta berjalan serasi yang menyangkut semua aspek agribisnis seperti aspek teknis, pemasaran, pembukuan, permodalan, asuransi, dan berbagai aspek lainnya.

  1. Bantuan Dana Keuangan

            Langkah yang perlu diambil untuk mencapai ketangguhan perekonomian Indonesia adalah dengan merealisasikan pembangunan agribisnis, dimana pembangunan kepada subsektor – subsektor yang saling terkait dan terintegrasi, baik sektor input, produksi, dan output. Bantuan dana diperlukan untuk menggairahkan pengembangan agribisnis di Indonesia, dimana diarahkan kepada penggunaan sumber daya (bahan baku) dari dalam negeri.

  1. Pola Kemitraan

            Pola kemitraan hendaknya dapat saling menguntungkan kepada pihak – pihak yang terkait, dan jangan dilaksanakan karena hanya untuk memenuhi himbauan. Peran koperasi sangat diperlukan dalam rangka mengembangkan ketahanan sektor pertanian. Koperasi juga memperkuat posisi petani dalam menjual hasil produk pertanian ke pihak lainnya.

  1. Perwilayahan Komoditis

            Menurut (Rangkuti, 1992) penentuan satu kawasan perwilayahan komoditas harus didasarkan pada penelitian dan pengkajian yang cermat antara lain segi :

  1. Kesesuaian daya dukung sumber daya alam (kondisi tanah secara keseluruhan, sumber air dan iklim) untuk komoditi pertanian bersangkutan
  2. Potensi sumber daya manusia baik dari jumlah maupun kualitas yang ada dan perlu dikembangkan
  3. Potensi sumber daya buatan yang ada dan yang dapat dikembangkan

 

DAFTAR PUSTAKA

Food and Agricultural Organization of the United Nations. 1989. The State of Food and Agriculture 1989. FAO. Rome, Italy.

Keraf AS . 2002. Etika Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.

Rangkuman Exam Reading

  Soal Reading When a sound is created, it travels from its source in waves, called sound waves. Different sources, or causes, of sounds ...