Jumat, 17 Juni 2016

TUGAS TERSTRUKTUR EKONOMI MAKRO “Strategi Pertanian dalam menghadapi Era Globalisasi”

 

TUGAS TERSTRUKTUR

EKONOMI MAKRO

“Strategi Pertanian dalam menghadapi Era Globalisasi”


Strategi Pertanian dalam menghadapi Era Globalisasi 

               Revolusi hijau adalah usaha pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan. Mengubah dari pertanian yang tadinya menggunakan teknologi tradisional menjadi pertanian yang menggunakan teknologi lebih maju atau modern. Revolusi Hijau ditandai dengan berkurangnya ketergantungan petani pada cuaca dan alam, digantikan dengan peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam upaya meningkatkan produksi pangan. Revolusi hijau diterapkan di Indonesia pada  pemerintahan Presiden Soeharto dan saat itu Indonesia bisa berswasembada. Dampak positif munculnya Revolusi Hijau, antara lain:

1.     Menyebabkan munculnya tanaman jenis unggul berumur pendek sehingga intensitas penanaman per tahun menjadi bertambah (dari satu kali menjadi dua kali atau tiga kali per dua tahun).

2.     Meningkatkan pendapatan petani. Dengan paket teknologi, biaya produksi memang bertambah. Namun, tingkat produksi yang dihasilkannya akan memberikan sisa keuntungan jauh lebih besar daripada usaha pertanian tradisional.

3.     Merangsang kesadaran petani dan masyarakat akan pentingnya teknologi. Harapannya, dengan masuknya petani ke dalam arus utama kehidupan ekonomi, petani, dan masyarakat pada umumnya akan menjadi sejahtera.

4.     Merangsang dinamika ekonomi masyarakat karena dengan hasil melimpah akan melahirkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat pula di masyarakat.

        Di Indonesia, revolusi industri diterapkan dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian. Ekstensifikasi dilakukan dengan perluasan areal. Terbatasnya areal, menyebabkan pengembangan lebih banyak pada intensifikasi. Intensifikasi dilakukan melalui Panca Usaha Tani (lima usaha tani), yaitu :

1. Teknik pengolahan lahan pertanian

2. Pengaturan irigasi

3. Pemupukan

4. Pemberantasan hama

5. Penggunaan bibit unggul

     Ada tiga tahap perkembangan modernisasi pertanian, yaitu (Rome, 1989) :

1.Tahap Pertanian Tradisional (Subsisten)

        Dalam pertanian tradisional, produksi pertanian dan konsumsi sama banyaknya dan hanya satu atau dua macam tanaman saja (biasanya jagung atau padi) yang merupakan sumber pokok bahan makanan. Pada tahap ini, produksi dan  produktivitas rendah karena hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana (teknologi yang dipakai rendah). Penanaman atau penggunaan modal hanya sedikit, sedangkan tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan. Pada tahap ini hukum penurunan hasil (law of diminshing return) berlaku karena terlampau banyak tenaga kerja yang pindah bekerja di lahan pertanian yang sempit. Kegagalan panen disebabkan beberapa faktor, diantaranya hujan dan banjir, kesuburan tanah kurang, tindakan pemerasan oleh para rentenir. Pertanian tradisional bersifat tak menentu, keadaan ini bisa dibuktikan dengan kenyataan bahwa manusia seolah-olah hidup diatas tonggak. Pada daerah-daerah yang lahan pertanianya sangat sempit, penanamannya hanya bergantung pada curah hujan yang tidak menentu. produk rata-rata akan menjadi sangat rendah dan dalam keadaan tahun-tahun yang buruk, para petani dan keluarganya akan meghadapi  bahaya kelaparan.

2. Tahap Pertanian Tradisional Menuju Pertanian Modern

     Mungkin merupakan suatu tindakan yang tidak realistik jika mentransformasikan secara cepat suatu sistem peranian tradisional ke dalam sistem  pertanian yang modern. Upaya untuk mengenalkan tanaman perdagangan dalam  pertanian tradisional seringkali gagal dalam membantu petani untuk meningkatkan tingkat kehidupanya. Menggantungkan diri pada tanaman perdagangan bagi para  petani kecil lebih mengundang resiko daripada pertanian subsisten murni karena risiko fluktuasi harga menambah keadaan menjadi lebih tidak menentu. Oleh karena itu, langkah pertama dalam masa transisi dari pertanian tradisional (subsiten) ke pertanian modern (komersial) yaitu penganekaragaman pertanian (diversified farming ). Pada tahap ini, tanaman-tanaman pokok tidak lagi mendominasi produk pertanian, karena tanaman-tanaman perdagangan yang baru, seperti; buah-buahan, kopi, teh dan lain-lain sudah mulai dijalankan bersama dengan usaha pertenakan yang sederhana. Keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha atau mentransformasikan pertanian tradisional tidak hanya tergantung pada ketrampilan dan kemampuan para petani dalam meningkatkan produktivitasnya, tetapi juga tergantung pada kondisi-kondisi sosial, komersial dan kelembagaan.

3. Tahap Pertanian Modern

     Pertanian modern (pertanian spesialisasi) menggambarkan tingkat pertanian yang paling maju. Pertanian spesialisasi ini berkembang sebagai respon terhadap  pembangunan yang menyeluruh di bidang-bidang lain dalam ekonomi nasional. Kenaikan standar hidup, kemajuan biologis dan teknologis serta perluasan pasar- pasar nasional dan internasional merupakan faktor yang penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Dalam pertanian modern (spesialisasi), pengadaan pangan untuk kebutuhan sendiri dan jumlah surplus yang bisa dijual, bukan lagi tujuan pokok. Keuntungan komersial murni merupakan ukuran keberhasilan dan hasil maksimum per hektar dari hasil upaya manusia (irigasi, pupuk, pestisda, bibit unggul dan lain-lain) dan sumber daya alam merupakan tujuan kegiatan pertanian. Dengan kata lain seluruh  produksi diarahakan untuk keperluan pasar. Keadaan atau gambaran umum dari semua pertanian modern dalah titik  beratnya pada salah satu jenis tanaman tertentu, menggunakan intensifikasi modal dan pada umumnya berproduksi dengan teknologi yang hemat tenaga kerja, memperhatikan skala ekonomis (economic of scale) yaitu denga cara meminimalkan  biaya untuk mendapatkan keuntungan tertentu.

      

 

 

      Beberapa strategi modernisasi pertanian meliputi (keraf, 2002):

1.Perubahan Teknologi dan Inovasi.

     Pada sebagian besar negara-negara sedang berkembang, teknologi baru di bidang  pertanian dan inovasi-inovasi dalam kegiatan pertanian merupakan prasyarat bagi upaya-upaya dalam peningkatan output dan produkivitas.

2. Perbaikan Pola Pemilikan Tanah ( Land Reform ).

     Dari segi kemanusiaan, keterkaitan petani kecil terhadap tanahnya sangat mendalam. Apabila petani kehilangan tanahnya atau ia jatuh miskin karena dicekik utang yang menumpuk, maka bukan hanya keadaan lahariah saja yang ruda, tetapi juga rasa kepercayaan pada diri sendiri dan semangat untuk berusaha memperbaiki dirinya dan keluarga bisa hancur. Dari segi peningkatan hasil pertanian, perbaikan pola pemilikan tanah sering kali dianggap sebagai kondisi awal yang diperlukan untuk pembangunan pertanian di  berbagai neegara sedang berkembang. Pada sebagian besar negara sedang berkembang, struktur pemilikan tanah yang sangat tidak seimbang sehingga menyebabkan ketidakseimbangan dalam pemerataan penghasilan dan kekayaan bagi rakyat perdesaan. Apabila pembagian tanah sangat ytimpang, maka sedikit sekali harapan bagi petani kecil di pedesaan untuk apat mengembangkan perekonomiannya.

3.Kebijakan-kebijakan Penunjang.

     Seluruh keuntungan dari pembangunan usaha tani kecil tidak akan bisa dicapai jika Pemerintah tidak menciptakan kebijaksanaan atau sistem kelembagaan yang menunjang, misalnya berupa insentif yang diperlukan, kesempatan berusaha dalam kegiatan ekonomi, dan kemudahan untuk memperoleh input yang diperlukan yang memungkinkan para  petani kecil bisa meningkatkan output mereka dan sekaligus meningkatkan produktivitas mereka. Strategi Pembangunan Pertanian dalam menghadapi era globalisasi, dapat dilakukan dengan cara-cara:

  1. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

            Kondisi sumber daya manusia dalam bidang pertanian sungguh sangat memprihatinkan. Melihat kondisi tersebut, perlu adanya usaha yang dilakukan oleh penyuluh dan litbang pertanian. Penyuluhan harus menyeluruh dan terpadu serta berjalan serasi yang menyangkut semua aspek agribisnis seperti aspek teknis, pemasaran, pembukuan, permodalan, asuransi, dan berbagai aspek lainnya.

  1. Bantuan Dana Keuangan

            Langkah yang perlu diambil untuk mencapai ketangguhan perekonomian Indonesia adalah dengan merealisasikan pembangunan agribisnis, dimana pembangunan kepada subsektor – subsektor yang saling terkait dan terintegrasi, baik sektor input, produksi, dan output. Bantuan dana diperlukan untuk menggairahkan pengembangan agribisnis di Indonesia, dimana diarahkan kepada penggunaan sumber daya (bahan baku) dari dalam negeri.

  1. Pola Kemitraan

            Pola kemitraan hendaknya dapat saling menguntungkan kepada pihak – pihak yang terkait, dan jangan dilaksanakan karena hanya untuk memenuhi himbauan. Peran koperasi sangat diperlukan dalam rangka mengembangkan ketahanan sektor pertanian. Koperasi juga memperkuat posisi petani dalam menjual hasil produk pertanian ke pihak lainnya.

  1. Perwilayahan Komoditis

            Menurut (Rangkuti, 1992) penentuan satu kawasan perwilayahan komoditas harus didasarkan pada penelitian dan pengkajian yang cermat antara lain segi :

  1. Kesesuaian daya dukung sumber daya alam (kondisi tanah secara keseluruhan, sumber air dan iklim) untuk komoditi pertanian bersangkutan
  2. Potensi sumber daya manusia baik dari jumlah maupun kualitas yang ada dan perlu dikembangkan
  3. Potensi sumber daya buatan yang ada dan yang dapat dikembangkan

 

DAFTAR PUSTAKA

Food and Agricultural Organization of the United Nations. 1989. The State of Food and Agriculture 1989. FAO. Rome, Italy.

Keraf AS . 2002. Etika Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rangkuman Exam Reading

  Soal Reading When a sound is created, it travels from its source in waves, called sound waves. Different sources, or causes, of sounds ...